Komodo Jatuh Cinta (42) swipe
PART 42: PERTANYAAN YANG TAK KUNJUNG ADA JAWABANNYA
Gue masih diem. Nikita masih ngelihatin gue kayak emak-emak yang nemuin anaknya nyimpen majalah misterius di bawah kasur.
"Jadi... Kamu belum jawab. Surat itu buat siapa?" tanya nikita sambil mainin ujung rambutnya. Mata sipitnya makin sipit, kayak lagi scanning dosa-dosa gue sejak lahir.
Gue mulai gugup. Keringat dingin keluar. Bukan karena AC, tapi karena situasi.
"Surat? Surat apa? Gue cuma... ini... skrip drama sekolah!" Gue asal jawab.
"Drama? Sekolah kamu udah lama lulus, pangeran," sahut Nikita, sambil duduk di kasur gue. Sepatu-nya langsung nginjek bantal gambar emyu , syit itu club favorit gue.
Gue geser pelan, pura-pura nyari colokan.
"Lo tuh kenapa sih kayak detektif Dettol? Nanyain surat doang kayak nyari sempak anyut di sungai? ." Gue mulai risih.
"Jujur aku penasaran. Dan karena biasanya... orang nulis surat cinta itu ada yang nyangkut di hati," kata Nikita pelan.
Gue nahan napas. Hening. Bahkan suara cicak pun kayak ikut nguping.
"Nih ya," kata dia tiba-tiba, sambil nyodorin HP-nya. "Tadi aku habis lihat story-nya Mutiah. Dia upload foto lama kalian berdua di musola. Terus caption-nya 'Zaman masih ada yang nemenin sholat dhuha'... HA?! AKU TANYA, INI MAKSUDNYA APA?"
Gue: panic level meningkat ke ultra instinct.
"G-Gue... cuma nemenin aja waktu itu, sumpah."
"Terus kenapa dia mention kamu pake emot nangis?!"
"Mutiah orangnya ekspresif, mungkin keinget film walid," jawab gue asal. Astaga, filem walid?
Nikita geleng-geleng. "Udah, jujur aja, kamu suka siapa sebenernya? Aku, Mutiah, Yanita, atau..?"
Gue garuk kepala yang ga gatel. Keringet makin deras.
"Ta, kenapa sih harus sekarang? Ini jam rawan lapar. Otak gue gak bisa mikir rasional kalo belum makan." Gue nyari alesan.
Dia langsung berdiri.
"Oke. Jadi jawaban kamu tergantung perut?!" Nikita lipat tangannya.
"Enggak gitu..."
"Enggak gitu apanya?! Cinta tuh gak bisa nunggu lapar dulu, Dek Mukhlas! Cinta itu kayak sambel pedes, ngagetin, tapi bikin nagih!"
Gue diem. Dalam hati: ini cewek... gila juga analoginya.
Tapi di saat itu, tiba-tiba HP gue bunyi. Notif dari nita. Gue coba cuekin biar...
Tapi Nikita buru-buru ngambil HP gue dan bacain notifnya.
"‘Ade, inget ya, jangan lupa jemput aku besok di bandara. Jangan telat, aku habis bikin pempek di korea’" baca Nikita pelan.
Gue langsung pucet “I’m in danger.”
Dia ngeliatin gue dengan mata sipit yang udah kayak sinar X ray.
"JADI KAMU MAU JEMPUT NITA?!"
Gue nelen ludah sambil angguk pelan.
"Kenapa ga bilang dari tadi?" Nikita makin kesel
"Karena... takut lo bakal ngamuk."
Dia diem sebentar. Lalu...
"Aku ikut."
"Hah?" Gue melongo.
"Aku ikut jemput dia."
"Ngapain?" Gue panik.
"Supaya aku bisa liat langsung... siapa yang kamu pilih."
Gue langsung mau pingsan. Ini bukan cinta segitiga lagi. Ini udah segi empat berduri tajam.
Dan tiba-tiba... pintu kamar kebuka lagi.
Mutiah muncul.
"Kak Ade... aku titip buku tafsir ya."
Gue lupa udah janji sama mutia hari ini.
GUE: “YA ALLAH APA DOSA GUE DULU DI HIDUP YANG LALU?!”
BERSAMBUNG...
---
Posting Komentar