. Komodo jatuh cinta (29)

Komodo jatuh cinta (29)

Daftar Isi


HARI PERTAMA TES OLIMPIADE CATUR

Gue dan Boy duduk di aula sekolah, masih pakai seragam olahraga bekas lumpur kemarin. Di depan kami, ada puluhan anak-anak serius duduk dengan papan catur. Mereka mukanya kayak detektif yang lagi mikirin siapa dalang pembunuhan di film thriller.

Boy bisik ke gue. "Bro... Kenapa kita di sini?"

Gue geleng. "Gue juga nggak tahu. Yang jelas, ini demi yanita."

Tiba-tiba, ada suara ngakak dari belakang. SUPIRMIN.

Dia nyamperin kami sambil megang formulir. "Surpriiiiseeee!!! KALIAN BERDUA UDAH RESMI TERDAFTAR DI OLIMPIADE CATUR!!"

Gue dan Boy langsung kaku. "HAH?!"

Supirmin cengar-cengir. "Kalian berdua udah gagal di semua olahraga, jadi aku mikir... olahraga yang paling minim gerak aja, deh! CATUR! "

Boy panik. "LO NGEDAFTARIN KITA TANPA IZIN?!"

"KATANYA DEMI YANITA..!? " supirmin angkat alis ke gue. 

Gue langsung angguk-angguk kayak burung beo. 

Supirmin angkat bahu. "Aku juga udah daftarin nama kalian di sertifikat juara, jadi tinggal menang aja!"

Gue langsung frustasi. "TAPI MIN, KITA NGGAK TAU MAIN CATUR!!"

Supirmin santai. "Ya udah, belajar lah sekarang. Masih ada waktu lima menit sebelum pertandingan mulai."

Gue makin stres. "LIMA MENIT?! SUPIRMIN, NGERTI NGGAK SIH, BELAJAR CATUR ITU BUTUH BERTAHUN-TAHUN—"

Tiba-tiba bel tanda pertandingan mulai berbunyi.

Gue dan Boy langsung terduduk di meja masing-masing.

TES DIMULAI.

---

BABAK PERTAMA: MELAWAN MASTER CATUR SEKOLAH

Gue ngeliat lawan gue. Nama nya Hardi dia kakak kelas 3. Anak kacamataan, rambut klimis, pake dasi rapi. Di bajunya ada PIN "Grandmaster Muda."

Gue telan ludah. "Boy... Gue lawan alien."

Boy lebih parah. Lawannya malah lagi latihan meditasi. Boy bisik ke gue. "Bro, gue lawan patapa catur tingkat sannin Konoha. "

Gue panik. Tapi gue inget satu hal.

CATUR ITU PERMAINAN STRATEGI. GUE HARUS GUNAKAN OTAK.

Gue majuin bidak pion pertama gue.

Lawan gue langsung senyum dingin, kayak villain di film anime. Dia bales gerakan gue dengan kecepatan kilat.

Gue mulai grogi. Gue majuin kuda.

Lawan gue langsung ngeluarin jurus entah apa, dan...

GUE SKAKMAT DALAM 3 LANGKAH.

Gue kaget. Boy kaget. Bahkan SUPIRMIN PUN KAGET.

Gue berdiri. "PAK HAKIM!! GUE BELUM MULAI, TAPI UDAH KALAH?!"

Hakimnya cuma angkat bahu. "Selamat, kamu baru mencetak rekor kekalahan tercepat dalam sejarah sekolah."

Gue langsung sujud syukur. "ALHAMDULILLAH, GUE GAK HARUS LANJUT!"

TAPI SUPIRMIN NGACUNG. "PAK, BOLEH REMATCH? TADI ADE BELUM PANAS!"

"SUPIRMIN, ASTAGHFIRULLAH!!!"

Tapi wasit ngangguk. "Boleh. Kasih kesempatan sekali lagi."

Gue langsung nunduk. "Ya Allah... cobaan apa lagi ini..."

---

BABAK KEDUA: STRATEGI ABSURD

Kali ini, gue gak bisa main biasa. Gue harus pake strategi ekstrem.

Gue mulai gerakin pion.... 

Ke belakang.

Lawannya kaget. "Kok pion mundur?!"

Gue santai. "Nggak ada yang bilang nggak boleh, kan?"

Hakim diem. Guru-guru diem. SUPIRMIN NGAKAK.

Gue lanjutin strategi absurd gue:

Majuin kuda ke luar papan (katanya mau ngambil angin).

Jalanin raja duluan ( tapi langkah nya kayak bebas parkir di game monopoly).

Naroh benteng di tangan (katanya biar fleksibel kalau mau nyerang).

Hakim mulai garuk-garuk kepala. Lawan gue mulai frustrasi.

Boy bisik ke gue. "Bro... ini bukan catur. Ini anarki."

Gue tetep lanjut. Gue angkat pion, trus gue tempelin ke raja lawan.

"Skakmat."

Tapi dari luar papan catur. 

Lawan gue shock. "GAK BISA GITU!!"

Hakim juga shock. "GAK SESUAI PERATURAN!!"

Tiba-tiba...

DUA WASIT DEBAT PANAS SENDIRI.

Guru catur sekolah mulai diskusi serius. Semua peserta catur mulai bingung. Situasi kacau.

Di tengah kekacauan itu, GUE DAN BOY PELAN-PELAN NGELUYUR KABUR KELUAR AULA.

Gue bisik ke Boy. "Bro, kita sukses bikin chaos. Sekarang kabur!"

Boy angguk. "Gerak diam-diam. Jangan sampe kepergok."

Kita udah hampir nyampe pintu keluar...

TAPI TIBA-TIBA SUPIRMIN TERIAK KENCENG.

"PAK! ADE DAN BOY KABUR!!"

"SUPIRMIN, YA ALLAH!!!!"

---

BERSAMBUNG... ATAU GUE DAN BOY LANGSUNG DAPET PIAGAM KEGAGALAN?!


Stay on Komodo Jatuh Cinta!



Posting Komentar