Komodo jatuh cinta part 7

Daftar Isi

 

Hari Berikutnya...

Gue dateng ke sekolah dengan persiapan lebih matang. Kali ini gue nggak cuma pake topi, kacamata hitam, sama masker, tapi juga sarung ala ninja kampung. Gue berharap bisa lolos tanpa drama lagi.

Begitu sampe gerbang, gue udah liat sesuatu yang nggak beres. Kali ini bukan spanduk panjang, tapi balon-balon warna pink yang membentuk tulisan besar:

"HAPPY 100 HARI CINTA KITA, PANGERAN ADE!"

Gue merinding. Rasanya kayak masuk ke acara lamaran massal yang nggak gue undang. Temen-temen gue yang ngeliat cuma bisa kasih tatapan iba, seakan-akan gue baru aja ditunjuk jadi korban prank.

Supirmin udah berdiri di tengah-tengah lapangan sekolah. Dia pake gaun putih dengan mahkota bunga di kepalanya. Tangan kirinya megang keranjang bunga, tangan kanannya... pegang termos pink legendarisnya.

"Pangeran Ade!" Dia teriak dengan suara cempreng. "Ayo, sini! Ini hari spesial kita!"

Gue pura-pura nggak denger. Gue jalan cepet-cepet ke kelas, tapi Supirmin lebih cepet lagi. Tiba-tiba dia udah di depan gue, seolah dia setan di film-film horor. 

"Min... Apa-apaan ini?" Gue bertanya dengan suara setenang mungkin.

"Aku mau ngerayain 100 hari kita kenal, Pangeran Ade! Liat, aku bahkan udah nyiapin sambel tempe spesial dengan level pedes yang bikin kangen!"

"Min, kita bahkan nggak pernah jadian..."

Matanya berkaca-kaca. "Jadi... selama ini kamu nggak pernah anggap aku spesial?"

Gue nggak tau mau jawab apa. Untungnya, suara bel sekolah menyelamatkan gue. "Eh, udah bel. Gue duluan ya, Min!" Gue langsung kabur.

---

Di Kelas...

Suasana kelas kali ini lebih tenang. Yanita duduk di pojok, masih keliatan murung. Gue baru mau nyamperin dia, tapi tiba-tiba Bu Husna masuk dengan wajah lebih serius dari biasanya.

"Anak-anak, hari ini kita akan ada simulasi bencana. Kalian semua harus ikut. Tidak ada alasan untuk absen, termasuk kamu, Ade." Dia melirik gue dengan tatapan seolah gue bakal nyoba kabur.

Gue ngangguk, pasrah. Semua murid dikumpulin di aula. Ternyata bukan cuma simulasi bencana, tapi juga ada sesi drama. Dan siapa lagi sutradaranya kalo bukan Supirmin?

"Baik semua! Untuk drama ini, aku yang jadi putri cantik. Pangeran Ade jadi pangeran berkuda putih yang menyelamatkanku dari naga jahat!"

Gue melongo. "Naga jahatnya siapa?"

Yanita angkat tangan. "Aku, Min. Aku mau jadi naga."

Gue syok. Yanita, cewek kalem yang biasanya cuma baca buku, sekarang rela jadi naga. Gue nggak tau harus bangga atau takut.

Drama dimulai. Gue harus pura-pura narik pedang kayu dan ngelawan Yanita yang pake kostum naga dari kardus bekas. Supirmin teriak-teriak, "Ayo, Pangeran Ade! Selamatkan aku!"

Yanita mendekat dengan gerakan lambat, tapi ada sesuatu di matanya. Dia beneran menikmati perannya sebagai naga. Gue harus pura-pura ngelawan, tapi tiap kali gue maju, dia malah makin maju juga.

"Yanita, ini cuma drama, kan?" Gue bisik-bisik.

Yanita senyum. "Iya, tapi peran naganya harus total, dong."

Gue ngeliat Bu Husna yang berdiri di pojok panggung, dia keliatan bingung antara mau menghentikan drama ini atau nelfon tim medis.

Akhirnya, gue bikin keputusan. Gue "menyerah" dan duduk di lantai. "Aku... nggak bisa ngelawan naga ini. Maafkan aku, Putri Supirmin."

Yanita, si naga kardus, tiba-tiba duduk di sebelah gue. "Yaudah, kita duduk bareng aja. Naga juga butuh temen, kan?"

Supirmin keliatan bingung. "Tapi... tapi Pangeran Ade, kamu harus menyelamatkanku!"

Gue ngangkat tangan. "Kadang, Putri... pangeran juga butuh istirahat. Dan kadang, duduk bareng naga adalah pilihan terbaik."

Seluruh aula hening. Lalu, semua anak mulai ketawa. Bahkan Bu Husna nggak bisa nahan senyum. Supirmin akhirnya ikut ketawa, meski ada air mata kecil yang jatuh.

Yanita buka topeng naganya. "Ade, lo tau nggak? Kadang cinta juga bisa kayak drama ini. Kita ngejar-ngejar, tapi akhirnya yang penting adalah duduk bareng, tanpa harus ada pemenang."

Gue ngangguk. "Iya, Nita. Dan gue... gue milih duduk bareng lo."

Supirmin mendekat. "Kalau gitu, aku duduk di tengah kalian aja ya? Biar sambel tempenya bisa dinikmati bersama!"

Dan begitulah. Gue, Yanita, dan Supirmin duduk bareng di tengah panggung, makan sambel tempe langsung dari termos pink. Gue rasa, ini akhir drama yang nggak pernah gue duga.


TO BE CONTINUED...


1 komentar

Comment Author Avatar
Anonim
10 Maret 2025 pukul 12.12 Hapus
keren sih ini klo di bkin film komedi