Komodo jatuh cinta 9
---
Hari Kelulusan SD...
Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba: hari kelulusan SD. Gue berdiri di barisan kelas 6, pake seragam putih-merah yang udah mulai kekecilan. Di sekitar gue, temen-temen sekelas heboh ngerayain hari terakhir mereka di sekolah ini.
Gue pake seragam putih-merah terakhir kali. Baju penuh tanda tangan temen-temen, ada yang nulis “Sahabat Selamanya” sampe “#saveAde #selamatkan ade dari supirmin!”. Supirmin juga pake seragam penuh coretan, tapi kebanyakan tulisannya adalah, “Jangan Masak Sambel Lagi, Min.”
Acara puncak adalah pembagian ijazah. Semua anak maju satu-satu, dan tentu aja, gue dapet giliran setelah Supirmin. Waktu nama Supirmin dipanggil, guru pengumuman sempet bingung:
“Eh, maaf, nama aslinya Nikita ya? Kok saya kira... Hmm, ya sudah. Nikita, maju ke depan!”
luruh ruangan langsung:
“Ooooooo...”
Supirmin senyum malu-malu. Gue cuma bisa ketawa kecil, nahan biar nggak ngeluarin suara kambing.
Di atas panggung, Bu Guru husna ngumumin nama-nama murid yang lulus. Gue lega banget pas nama gue disebut, karena jujur aja, nilai matematika gue kemarin kayak hasil undian arisan.
Setelah semua murid dapet sertifikat, tiba-tiba ada suara nyaring dari mikrofon.
"Ehem! Perhatian semua!"
Gue nengok, dan lo nggak bakal percaya siapa yang lagi pegang mic.
Supirmin.
Alias Nikita.
Dia pake gaun putih dengan pita pink besar di pinggangnya. Kayak princess di kartun-kartun, cuma bedanya, mukanya kaya kuda.
"Aku punya pengumuman penting!" serunya.
Semua murid dan guru langsung fokus ke dia. Gue udah mulai deg-degan. Jangan-jangan dia mau bikin pengakuan cinta lagi di depan umum.
"Teman-teman, kalian semua diundang ke pesta perpisahan di rumahku hari ini!"
Gue sama temen-temen langsung saling pandang. "Rumah lo, Min? Seriusan?"
Dia angguk antusias. "Iya! Nanti bakal ada makanan enak, permainan seru, dan tentunya... SAMBEL TEMPE!"
Gue hampir kepleset. Sambel tempe lagi?!
---
Berangkat ke Rumah Supirmin...
Kita semua digiring ke parkiran sekolah. Ternyata udah ada bus besar yang siap ngangkut kita semua. Guru-guru juga diajak. Gue mulai curiga, ini perpisahan SD atau kampanye partai sih?
Sepanjang jalan, Supirmin cerita banyak hal. Tentang gimana rumahnya luas banget, ada kolam renang, taman bermain, dan... lapangan helikopter?
Gue pikir dia bercanda, tapi makin deket ke rumahnya, makin keliatan kalau ini bukan sekadar imajinasi anak SD.
Bus berhenti di depan gerbang besar dengan ukiran emas. Ada patung singa di kanan-kiri gerbangnya. Pas gerbang kebuka, semua mulut mendadak mangap.
Rumah? Itu bukan rumah. Itu istana.
Bangunan tiga lantai dengan pilar-pilar besar, halaman hijau luas, dan kolam renang yang ukurannya setara danau kecil.
Gue noleh ke Supirmin. "Min... ini beneran rumah lo?"
Supirmin, atau Nikita, cuma nyengir. "Iya dong! Papa sama Mama bakal seneng banget kenalan sama kalian."
---
Di Dalam Istana Supirmin...
Begitu masuk, kita langsung disambut pelayan berbaju hitam putih yang ngasih handuk hangat dan jus segar. Gue udah ngerasa kayak tamu di hotel bintang lima.
Yanita, yang dari tadi diem, bisik-bisik ke gue. "Ade, kayaknya kita lagi di lokasi syuting indosiar deh yg rumah mewah tapi itu itu aja."
Gue cuma bisa ngangguk.
Tiba-tiba, ada suara berat dan berwibawa. "Selamat datang, anak-anak!"
Seorang pria dengan setelan jas mahal jalan mendekat. Mukanya familiar...
"Papa!" teriak Supirmin sambil lari ke arahnya.
Gue langsung inget. Itu Pak Haryadi, dia yg pernah nganterin gue pulang waktu gue pingsan!! (Episode 3) pak haryadi ternyata pejabat tinggi sekaligus pengusaha sukses yang sering muncul di TV!
"Papa, kenalin, ini temen-temenku," kata Supirmin dengan manja.
Pak haryadi tersenyum ramah. "Silakan nikmati pestanya. Jangan sungkan-sungkan ya!"
Kita semua ngangguk, masih belum percaya sama yang kita liat.
---
Pesta Dimulai...
Di taman belakang, ada panggung live music, meja-meja penuh makanan mewah, bahkan ada badut dan penyanyi anak-anak.
Gue ngerasa kayak di pesta ulang tahun artis.
Supirmin narik tangan gue dan Yanita. "Ayo, aku tunjukin kamarku!"
Kita diajak naik ke lantai dua. Kamarnya gede banget, ada tempat tidur berbentuk kereta kencana, lemari penuh boneka, dan... rak khusus buat termos pink-nya?
"Gue koleksi termos dari kecil," kata Supirmin dengan bangga.
Yanita bisik-bisik ke gue, "Ade, ini cewek... beneran anak crazy rich."
Gue cuma bisa manggut-manggut.
--
Momen Pengakuan...
Di tengah pesta, tiba-tiba musik berhenti. Semua mata tertuju ke panggung. Supirmin lagi-lagi pegang mic.
"Teman-teman, aku mau ngomong sesuatu!"
Gue udah deg-degan lagi. Jangan-jangan ada polling cinta lagi? Apa ini waktu yg tepat buat gue pura-pura budek?
"Ternyata selama ini kalian nggak tau aku anak siapa. Aku nggak pernah bilang, karena aku pengen diterima apa adanya."
Semua anak-anak makin penasaran.
"Tapi sekarang, aku mau jujur. Namaku bukan Supirmin. Nama asliku adalah Nikita firza. Dan aku... anak tunggal keluarga haryadi."
Seluruh tamu langsung tepuk tangan. Ada yang malah selfie sama Pak haryadi.
Gue ngehampirin Supirmin. "Min—eh, Nikita, kenapa lo baru cerita sekarang?"
Dia senyum manis. "Aku cuma pengen temen-temenku sayang sama aku, bukan karena harta papa. Dan... terutama kamu, Ade."
Yanita yang di sebelah gue langsung terdiam. Gue udah ngerasa hawa-hawa kompetisi bakal mulai lagi.
"Tapi... aku tetap Supirmin yang sama kok. Aku tetap bawa sambel tempe, dan aku tetap cinta sama kamu, pangeran ade!"
Gue nyengir kaku. "Hehe... Iya, Min. Eh, Nik... Eh, Min aja deh."
---
Epilog...
Hari itu jadi hari kelulusan SD paling absurd dalam hidup gue. Dari pesta perpisahan, pesta sambel tempe, sampai pesta anak crazy rich.
Supirmin alias Nikita ternyata bukan cuma anak pejabat, tapi juga anak yang tulus dan selalu ceria.
Gue nggak tau gimana kelanjutan cerita ini, tapi satu hal yang pasti...
Selama masih ada Supirmin, hidup gue nggak bakal pernah datar-datar aja.
Tapi selama ada yanita, itu arti nya gue bisa menghadapi semuanya, karna gue cinta dia.
TO BE CONTINUED...