Komodo jatuh cinta (22)
Gue duduk di kantin, melamun sambil main-mainin sedotan es teh. Di depan gue, Supirmin lagi asik ngemilin tahu bulat sambil liatin gue. gue sempet mikir apa setelah tahu bulat itu dia mau ngunyah gue juga?, dan Boy sibuk ngelap keringet padahal belum ngapa-ngapain.
"Jadi, lo serius mau ngejar Yanita?" tanya Boy sambil minum es teh gue tanpa izin.
Gue angguk mantap. "Ya, bro. Gue nggak bisa cuma diem di sini. yanita udah sampai Olimpiade, gue juga harus nyusul!"
Supirmin menatap gue dengan mata berbinar. "Wah! Pangeran akhirnya menemukan jalan hidupnya!"
"Tapi..." Gue menghela napas. "Gue nggak jago akademik. Olimpiade Matematika? Kagak bisa. Fisika? Bikin tidur makin nyenyak . Olimpiade menghapal lagu 'Burung Kakak Tua' mungkin baru bisa gue menang."
Boy manggut-manggut. "Trus lo mau ikutan Olimpiade apa?"
Gue diem sebentar, nyari opsi paling masuk akal. Sampai akhirnya...
"Sepak bola!"
Boy langsung keselek. Supirmin yang lagi nyuap tahu bulat juga mendadak freeze kayak koneksi Wi-Fi murah.
"Lo bisa main bola?" tanya Boy skeptis.
Gue mengangkat bahu. "Nggak bisa."
"...Trus kenapa lo milih sepak bola?!"
"Karena itu satu-satunya Olimpiade yang nggak butuh rumus!"
Boy nutup muka pakai tangan. Supirmin cuma bisa geleng-geleng. "Pangeran, kamu kayak mau perang tapi nggak bisa megang pedang..."
"Tpi gue bisa belajar!" Gue berdiri penuh semangat. "Mulai besok, gue bakal latihan tiap hari! Gue bakal jadi striker nomor satu!"
Boy masih skeptis. "Lo yakin? Jangan-jangan nanti lo kejebak jadi kiper cadangan selama tiga tahun."
"Eh, gue nggak sendirian, bro. Lo harus ikut juga!"
Boy yang lagi minum langsung semprot es teh ke muka Supirmin. "Hah?! Kenapa gue?!"
"Gue butuh partner! Lo kan dulu pernah main PS1, Winning Eleven. Itu udah cukup jadi pengalaman."
Boy melongo. "Anj— Main bola di PS kok dijadiin pengalaman?!"
Supirmin makin ngakak. "HUAHAHAHA PANGERAN, SERIUS BANGET! YA ALLAH, APAAN INI?!"
Gue tetap bertekad. "Pokoknya, besok kita daftar!"
Boy masih mau nolak, tapi tiba-tiba...
"Anak-anak! Siapa yang mau daftar seleksi tim sepak bola buat Olimpiade?"
Pak Gufron, guru olahraga, tiba-tiba muncul di kantin sambil megang daftar nama.
Gue dan Boy langsung saling tatap. Ini kesempatan emas!
Boy akhirnya pasrah. "Yaudah lah... Kita mati bareng."
Gue angguk mantap. "Kita bakal jadi legenda!"
Supirmin menatap kami dengan tatapan penuh iba. "Ya Allah, dua orang ini bakal mempermalukan sekolah..."
BERSAMBUNG...
---
Posting Komentar