Anak kost
Daftar Isi
---
Anak Kos: Antara Paha Ayam dan Suratan Takdir
Dari judulnya aja, gue yakin lo udah bisa mencium aroma iklan Indomie dari radius tertentu. Nggak tau kenapa, anak kos dan Indomie itu kayak Romeo dan Juliet. Seperti jamban dan empang. Seperti halaman depan Indomaret dan tukang parkir. Seperti WC dan gayung.
Oke, STOP. Terlalu banyak perumpamaan yang makin mendekati teori konspirasi gue.
Sebelum lanjut, salam buat temen-temen yang masih setia SMS-in gue. Asal lo tau, SMS kalian tuh nyampah dan bikin gue hampir refleks jual HP di konter.
Jadi gitu, jangan bikin gue refleks.
Kali ini, gue bakal bahas cerita tentang anak kos sampai Dora dan Boots musuhan. Gue sendiri sekarang udah jadi anak kos di sebuah kota kecil yang, menurut gue, cukup banyak kejadian absurd yang bisa dijadiin bahan tulisan.
Oke, "Anak Kos." Apa yang pertama kali lo bayangin ketika denger kalimat itu?
A. Judul film horor
B. Berita bencana alam
C. Justin Bieber homo
D. Pabrik Indomie
E. Semua jawaban benar
Mungkin ada yang ngira gue bercanda kalau bilang "judul film horor," tapi GUE SERIUS, NYET.
Resident Evil 7 masih cetek.
Belum ada apa-apanya dibanding pengalaman horror anak kos. Contohnya, waktu pertama kali gue ngekos sendirian. Masih tanggal 17, tapi duit di dompet tinggal gocap. Gue nggak tau harus ngapain buat bertahan hidup, dan jelas gue nggak mau duit terakhir ini habis buat beli Promag dan Energen.
Akhirnya, gue jalan keliling cari warung makan. Setelah muter-muter, ketemu lah gue sama satu warung yang agak misterius. Bukanya nggak jelas, kayak tergantung mood yang punya.
"Emhh… permisi, Bu," sapa gue dengan penuh harapan.
"Iya, Nak. Kenapa? Maaf ya, Ibu nggak ada duit receh. Abis belanja ke pasar tadi pagi. Coba minta ke warung sebelah."
Gue langsung diem. Hah? Ini ibu warung apa Satpol PP? Ngapa jadi nyuruh gue minta-minta?
"Buk, saya bukan mau minta sumbangan. Saya mau makan, Bu. Bayar kok."
Begitu gue ngomong gitu, ibu itu masukin duit 2000-an ke kantong celananya. Sikapnya kayak nunjukin kalau dia nyaris manggil Satpam buat ngusir gue.
Udah lah, gue langsung nanya harga.
"Nasi ayam berapa, Bu?"
"10 ribu," jawabnya santai.
"Kalo paha kanan berapa, Bu?"
"Paha kanan 7 ribu. Yang kiri 10 ribu."
Gue diem. Sebentar. Kenapa harga paha kanan dan kiri beda??
Entah kenapa, dalam hati gue muncul perdebatan sengit.
"Ini ibu warung kena azab atau gimana sih?"
"Tapi ya udahlah, gue laper."
"Tapi serius, kok dia nggak bisa bedain paha kanan dan kiri? Jangan-jangan ayamnya cedera ACL?"
"Udah-udah, makan aja!"
Akhirnya, gue makan sambil tetap mempertanyakan eksistensi paha ayam di dunia ini.
---
Paha Ayam dan Keajaiban Semesta
Sejak hari itu, gue langganan makan di warung Bu De. Setiap kali pesen, gue langsung bilang,
"Buk De, biasa ya. Paha kanan."
Dan seperti biasa, Bu De langsung nyiapin makanan dengan penuh percaya diri, seolah-olah paha kanan ayam itu sudah dicek di laboratorium ITB dan IPB, serta telah difatwakan halal oleh pemuka agama setempat.
Gue nggak peduli lagi. Selama murah dan gue kenyang, yaudah.
Sampai akhirnya...
TANGGAL 28.
Gajian.
Manisnya gaji pertama langsung terasa.
Karena udah bosen makan di warung itu, gue memutuskan buat nyobain tempat lain. Tapi sebelum itu, entah kenapa gue tergerak buat mampir ke warung Bu De dulu.
"Njir, jangan jadi kacang lupa kulit, De."
"Biji jidat lo setengah! Kacang lupa kulit, bukan biji!"
"Udah lah, mampir dulu."
Dan akhirnya, gue mampir ke warung Bu De.
Sampai di sana, gue langsung koprol dan bilang WOW.
WARUNGNYA RAMAI.
Gue hampir balik kanan, tapi lagi-lagi logika gue FAK!
Karena penasaran, gue ikut ngedeketin warung. Tapi pas makin deket, gue sadar ada sesuatu yang aneh.
Ada garis polisi.
DAFUQ.
Gue makin penasaran dan nekat masuk ke kerumunan, berdesakan sama ibu-ibu bau balsem dan bapak-bapak yang kumisnya masih ada nasi.
Dan ternyata…
WARUNG BU DE KEDAPATAN MENJUAL AYAM FORMALIN.
GUE NYARIS MAMPUS.
Pas polisi ngejelasin, mereka bilang bahwa formalin biasanya ada di paha kiri, sayap kiri, dan dada ayam. Karena bagian itu lebih cepat busuk.
Gue diem.
Gue nyoba mencerna semua ini.
Tunggu sebentar.
GUE SELAMAT KARENA SELAMA INI CUMA BELI PAHA KANAN???
Gue langsung kepikiran semua perdebatan dalam otak gue beberapa minggu lalu.
"Tapi kok harganya beda, Bu?"
Ternyata paha kanan ayam di warung itu satu-satunya bagian yang SELAMAT dari formalin.
Gue merasa bodoh sekaligus bersyukur.
Di satu sisi, gue bego karena lebih milih makan daripada dengerin logika gue.
Tapi di sisi lain, GUE LULUS DARI KEMATIAN KARENA PILIH PAHA YANG MURAH.
Sorenya, gue langsung cek ke puskesmas. Untungnya, hasilnya normal. Gue masih sehat.
Tapi tetep aja...
Gue trauma.
Gue sekarang ngerti kenapa anak kos lebih serem daripada zombie.
Zombie mah ketularan virus.
Anak kos ketularan kebodohan.
---
BERSAMBUNG...
---
Nah, ini udah gue bikin lebih rapi dan flow-nya lebih enak buat dibaca. Punchline-nya tetep ada, absurdnya makin terasa, dan bagian klimaksnya lebih dapet.