Obat nyamuk -__-
Daftar Isi
---
Ini kejadian pas gue masih kelas 1 SMA. Waktu itu gue emang lagi jomblo. Bukan karena nggak laku, tapi… ya, mungkin karena gue udah niatin buat jomblo sementara. Kayaknya...
Hari itu gue ngerasa lemes banget. Mungkin karena cuaca mendung, atau mungkin juga karena gue baru dikabari Rangga kalau dia punya pacar baru lagi.
Tiba-tiba, satu SMS masuk.
Rangga: "Prêt, lo di mana?? Gue tunggu di depan kompi ya."
Gue: "Emang ada Prêt? Lo mau bunuh diri di situ?"
Rangga: "Anjir, gue serius! Lo ke sini dulu, gue mau kenalin pacar baru gue."
Gue: "Oke lah kalau beg-beg begitu."
Setelah bales SMS, gue langsung cabut. Kebetulan hari itu nggak ada pelajaran penting di sekolah, jadi yaudah… bolos aja. Semua demi melihat Rangga dan pacar barunya.
---
Sampai di depan kompi, gue ngeliat ada dua orang yang bentuknya mirip selang tabung gas lagi duduk mesra. Gue pun menghampiri, dan bener aja, itu Rangga dan pacar barunya.
Rangga: "Woy, Prêt! Kenalin nih, Tuti, pacar baru gue."
(…sambil nunjuk knalpot motornya)
Gue: "...."
Rangga: "Eh, salah! Maksud gue ini, Prêt, heheh..." (sambil nunjuk jidat pacarnya)
Gue: "Oh, iya, kenalin, nama gue Mu—"
Belum selesai gue ngomong, Rangga langsung motong.
Rangga: "Udah ya kenalannya? Yuk, kita jalan!"
Gue: "Tai kuda!! Gue belum selesai ngomong juga, e’ek!"
Pacar Rangga: "Ohh, nama kakak Tai Kuda?"
Keadaan saat itu, gue pengen banget jadi Doraemon biar bisa ngeluarin granat dari kantong celana.
Setelah berbincang hal-hal yang nggak penting, Rangga ngajak jalan-jalan. Dan seperti yang sudah gue duga… gue dijadiin penonton setia, sekaligus obat nyamuk buat mereka berdua.
---
Destinasi berikutnya: Bukit Sulap.
Jangan salah paham. Di sana nggak ada Deddy Corbuzier, Master Limbad, apalagi Pak Tarno. Nama doang Bukit Sulap. Gue juga nggak tau siapa yang bikin nama ini.
Sampai di tempat nongkrong, gue parkirin motor. Rangga pun berhenti, tapi sebelum turun, dia ngomong,
Rangga: "Cayank, cayank… turun dulu yach~" (sok imut banget. Bangke! Jijik gue dengerinnya.)
Gue duduk santai, tapi pas nengok ke Rangga, ternyata mereka berdua masih aja duduk di atas motor.
Pacar Rangga: "Ayah duluan yang turun~"
Rangga: "Nggak mau… Bunda dulu yang turun~"
Pacar Rangga: "Ayah duluan…"
Rangga: "Bunda duluan…"
Pacar Rangga: "Ayah!"
Rangga: "Bunda!"
Sebelum perdebatan ini memecah belah umat manusia, gue pun menengahi mereka.
Gue: "Udah gini aja, kenapa nggak lompat ke jurang aja sekalian? Biar ketahuan siapa yang turun duluan."
Mereka diem. Gue mendekati mereka yang masih aja debat, lalu…
Gue melempar ular mainan ke pacar Rangga.
Pacar Rangga: "Mati, mak!! Tolong!! Aaaakkk!!"
Tapi yang teriak histeris malah…
RANGGA.
Ya Tuhan, gue nggak nyangka. Rangga langsung ngibrit turun dari motor duluan.
---
Setelah duduk santai bertiga, posisi gue di depan mereka. Lagi asik ngelamun, tiba-tiba gue denger Rangga mulai modus.
Rangga: "Cayank… kalau Ayah jadi bunga, Bunda jadi apa?"
Pacar Rangga: "Emhh… jadi apa ya…"
Gue: "Jadi hama tanaman aja, Dek."
Rangga: *"INI KAMPRET IKUT-IKUTAN
Posting Komentar